Page

Sabtu, 19 Februari 2011

I DID IT ! MY WAY!

Life is too short. Hidup itu pendek. Bahkan guru kita juga ada yang mengatakan bahwa hidup ibarat mampir di warung sebelum akhirnya melanjutkan ke perjalanan berikutnya. Tuhan telah memberikan ‘kontrak’ pada masing-masing hambanya untuk menikmati aroma kehidupan di dunia yang sekarang ini. Ada yang waktunya panjang, cukup panjang, pendek, cukup pendek, dan pendek sekali. Benar-benar hanya Tuhan yang tahu kapan pastinya “kontrak” kita akan habis. Sebentar lagi atau malah masih lama. Yang mau di bahas di sini bukan tentang itu, biarlah itu tetap menjadi rahasia Ilahi. Yang terpenting adalah berapapun waktu yang diberikan bisa benar-benar di manfaatkan dan membuatnya menjadi indah dan bermakna.

Terkadang pernah merasa hidup ini terasa biasa-biasa aja, nggak ada tantangan, nggak punya bayangan masa depan. Kalau kata artis bilangnya, dijalani aja seperti air mengalir (lhaaa iya kalau mengalirnya ke laut, kalau ke selokan, kan capee dee..;). Tapi terkadang juga merasa hidup begitu berwarna, entah karena di kelilingi orang-orang tersayang, ada pengalaman-pengalaman yang bikin up and down.  Dan mungkin juga pernah merasa hidup menjadi lebih hidup (wooww!!). Aku lebih tertarik untuk membahas hal yang terakhir kali ini.

Sebelumnya, aku mau cerita dulu niy ya. Dulu saat awal-awal lulus kuliah, trus beralih ke dunia kerja. Banyak sekali hal yang dirasakan dan harus di sesuaikan, karena secara dunia kerja dan kuliahan sangat berbeda sekali. Saat kuliah bener-bener kita bisa menjadi diri kita apa adanya, bebas berkarya, berekspresi dan juga bermimpi. Namun saat di dunia kerja, rasanya semua itu jadi jarang dialami. Entah karena diri ini sudah tertutupi oleh adanya tuntutan, dan kesibukan kerja atau  mungkin karena tidak adanya waktu untuk mendengarkan dan memahami kata hati. Pernah suatu ketika, waktu itu aku pulang kerja lebih malam dari biasanya. Kebetulan jarak antara rumah dan kantor cukup jauh, jadi aku punya waktu sekitar 45-60 menit untuk menjelajahi diriku sendiri selama dalam perjalanan. Yah, berkhayal, berbicara dengan diri sendiri saat perjalanan pulang adalah sesuatu yang mengasyikan. Aku sering sekali melakukannya, dengan begitu aku merasa benar-benar bisa berbicara dengan diriku sendiri, bisa memahami mau diri ku sebenarnya dan lebih mengenali mimpiku. Sampai suatu ketika, aku berpikir, untuk apa sih aku bekerja? Pikiranmu melayang kemana-mana, mengamati dan menikmati lalu lalang dan hiruk pikuk jalanan. Hmm…orang-orang pada sibuk semua yah? Mereka semua dari pagi sampai malam terus beraktifitas atau bekerja. Untuk apa ya mereka melakukan itu semua? Kalau menurutku siy, muara dari itu semua adalah materi. Ya, untuk menghidupi dan membiayai diri mereka dan juga keluarga. Kalau kita hidup sampai 60 tahun, berarti kita harus bekerja selama itu juga untuk bisa menikmati hidup dengan layak. Wowww…berarti bekerja all the time…

Melihat fenomena itu aku jadi pernah ingat ada yang bilang begini, “aku tidak pernah merasa bekerja selama hidup, karena aku mengerjakan sesuatu yang aku sukai”. Intinya kalau kita menyukai mengerjakan sesuatu, rasanya bukan seperti bekerja. Ini mungkin yang namanya Passion, mengerjakan yang 1. Kita sukai dan 2. Kita bisa mengerjakannya. Nggak kebayang aja kalau selama hidup kita mengerjakan hal-hal yang tidak kita sukai, dan mungkin ekstrimnya berusaha tidak mendengarkan diri dan mengabaikan passion demi tuntutan hidup (ya, ini siy pilihan).

Sekarang sudah 25 tahun dan mau menginjak yang ke 26 (OMG! Udah banyak juga yah), dan aku bersyukur sekali bisa diberi ijin, kesempatan oleh Allah untuk menekuni sesuatu yang aku senangi dan aku bisa lakukan, passionku. Walaupun perlu proses untuk bisa menemukannya. Jadi ingat kata-kata di bukunya Dee yang judulnya Perahu Kertas. Terkadang kita memang perlu berputar-putar dulu sebelum akhirnya menemukan jalan kita. Dan benar saja, ketika sudah menemukan passion, sungguh hidup terasa lebih hidup. Lebih merasa bahwa kehidupan ini sungguh berarti dan lebih ingin memberikan makna bagi kehidupan, bukannya sekedar hari-hari yang kita lalui begitu saja. Diri ini telah menemukan jalannya, rel dan membawa pada kebermaknaan. Maka sangat beruntung dan berbahagia sekali bagi orang-orang yang bisa menggeluti minatnya, melakukan hal-hal yang ia senangi tapi juga bisa berpenghasilan. Menulis, mengajar dan bercerita adalah aktifitas yang sungguh membuatku lebih berarti dan bermakna sebagai manusia. Aku merasa memiliki peran dalam kehidupan ini.



1 komentar:

  1. "Menulis, mengajar dan bercerita adalah aktifitas yang sungguh membuatku lebih berarti dan bermakna sebagai manusia" (Nurmayasari, 2011)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...