Page

Selasa, 31 Mei 2011

Penulis Cilik, Burung parkit dan Hamster


Seperti biasanya, setiap 1 bulan sekali Kelab Penulis Cilik (KPC) Forum melakukan pertemuan untuk belajar dan bermain bersama di Perpustakaan Umum Kota Surabaya. Namun, ada yang berbeda nih dari kelas KPC Forum sebelum-sebelumnya. Kali ini kelas KPC Forum lebih seru karena kedatangan beberapa ‘tamu’ istimewa. Waahh..siapa yang mereka? Bukan artis, menteri apalagi presiden lho hehehe. ‘Tamu’ istimewanya adanya beberapa pasang burung parkit dan 2 ekor hamster yang lucu-lucu. Waaahhh…para penulis cilik pada heboh dan seneng banget!. Bagaimana tidak, burung parkit dan hamster nya memang lucu-lucu siy J. Burung parkitnya warna-warni cantik sekali, dan hamsternya imut dan menggemaskan hehehehe…



Pertemuan KPC Forum kali ini dipandu oleh Kak @maya_mywold dan Bunda Isti. Di awal pembelajaran, agar lebih bersemangat, Kak @maya_myworld mengawalinya dengan permainan. Karena pertemuan KPC Forum dilakukan sebulan sekali dan banyak sekali para penulis cilik yang baru bergabung, maka permainan yang tepat adalah permainan tentang perkenalan. Hmm..bagaimana cara bermainnya? Kak @maya_myworld meminta seluruh penulis cilik untuk mencari teman yang memiliki lebar atau besar telapak tangan yang sama. Waahh..anak-anak langsung heboh mencari pasangannya masing-masing, eitss..tapi ada yang malu-malu juga sih. Tapi wajar karena ia adalah kaum minoritas, alias anak laki-laki hehehe…hampir seluruh peserta penulis cilik kan perempuan. Nah setelah mereka menemukan pasangannya, dengan saling menempelkan telapak tangannya mereka diminta untuk menyembutkan nama, kelas, dan hobi mereka. Yah, tanpa dikomando keakraban pun langsung terjadi diantara mereka.


Setelah semangat dengan bermain dan mengucapkan yel-yel KPC. Lalu mulailah menapaki materi inti. Yah, untuk yang ingin tahu lebih jelas tentang bagaimana sih materi dari KPC Forum dan apa saja yang diajarkan, yuuukkk langsung saja bergabung di KPC Forum *hehehe sekalian promosi niy ;). Di akhir sesi sampailah mereka pada penugasan untuk membuat sebuah cerita utuh dari awal hingga akhir cerita tentang Burung Parkit atau Hamster. Nantinya akan di pilih cerita yang terbaik, dan bagi mereka yang terpilih bisa membawa pulang burung parkit dan hamsternya sebagai hadiah. Seruuu kaaan?!. Mereka terlihat serius sekali ketika membuat cerita. Ada yang menyepi di sudut ruangan agar lebih konsentrasi dalam mencari inspirasi, ada yang tengkurap, sambil selonjoran, ada yang menggunakan meja, wahh..pokoknya mereka mengerjakan dengan segala posisi deh… pokoknya nyaman bagi mereka.


Akhirnya dari sekian cerita yang terkumpul terpilihlah 6 orang yang cerita nya di nilai paling baik. Sebenarnya sih baik-baik semua. Imajiinasi dan ide-ide para penulis cilik keren-keren lho, Kak @maya_myworld dan Bunda Isti juga Kak @rudicahyo sebagai penilai saja sampai bingung dan terkagum-kagum dengan ide mereka. Ide-ide mereka sederhana, orisinil, kreatif dan tidak di sangka. Hebat deh pokoknya. Mereka yang namanya terpilih pun pastinya sangat senang dan sumringah karena berhasil membawa pulang hamster atau burung parkitnya. Yaah, semoga hari ini selain mereka mendapat ilmu, tapi juga mendapat pembelajaran dan pengalaman yang berharga juga menyenangkan. Karena Kak @maya_myworld sendiri pun membawa hal yang sama ketika pulang. Terima kasih untuk pengalamannya hari ini yah para penulis cilik yang hebat J…. *peluk untuk kalian semuaaa…


18.40
Minggu, 22 Mei 2011

Jumat, 20 Mei 2011

Salam Rindu untuk Alang-alang


Woww! Setelah sekian lama, akhirnya saya berkunjung lagi ke Sanggar Alang-alang. Sanggar Alang-alang merupakan tempat dimana anak-anak jalanan mendapat wadah dan sarana untuk belajar, berlatih ketrampilan kehidupan, dan mengembangkan bakat mereka. Terakhir ke sana saat ada tugas kuliah, kalau nggak salah sekitar semester 3 atau 5, yaitu Mata Kuliah Psikodiagnostik 2 tentang Observasi. Setelah beberapa tahun tak berkunjung, bangunan fisik sanggar tersebut tak banyak berubah. Yang berubah hanya pelataran depan yang  di keramik sehingga tampak lebih luas. Ada satu hal yang tak berubah dan sepertinya tidak akan pernah berubah, yaitu rasa. Dulu saat pertama kali datang ke sanggar dan juga saat ini, rasa itu tetap sama. Rasa dimana siapapun akan merasa betah dan damai berada disana. Yaitu perasaan akrab dan bersahabat. Bangunan yang masih terletak di ujung pertigaan Jl. Gunungsari itu memang menjadi rumah singgah bagi anak-anak jalanan. Yah, begitulah kelebihan dari anak-anak jalanan. Mereka biasa hidup di jalan, bertemu dengan banyak orang, dan orang-orang baru, terbiasa dengan adaptasi yang begitu cepat, dan kemampuannya menyikapi perubahan yang kapan saja bisa terjadi membuat mereka semua selalu tampak dan merasa akrab dengan siapa saja yang berkunjung ke Sanggar Alang-alang.


Mungkin karena sudah bertahun-tahun jadi saya tidak terlalu mengenal anak-anak masa sekarang, rupanya anak-anak masa saya waktu ke sana dulu sudah pada besar-besar dan sudah mulai menata kehidupannya masing-masing, seperti salah satu  personel Klantink yaitu Wawan. Dulu sempat kenal dekat dan akrab sekali.



Kali ini saya datang bersama teman-teman dari Indonesia Bercerita. Yah, dengan misi dan semangat mendidik melalui cerita kami ingin menularkan budaya bercerita untuk teman-teman disana. Seperti sekolah formal pada umumnya, di sanggar yang diasuh oleh Om Didit Hape itu juga memiliki jenjang pendidikan. Kalau di sekolah umum kita mengenal TK, SD, SMP, dan SMU. Di Sanggar Alang-alang menyebutnya dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Anak Usia Sekolah (PAUS), dan Pendidikan Anak Usia Remaja (PAUR). Masing-masing kelas selalu mengadakan pertemuan 2 kali dalam seminggu. Sebagai langkah awal, Indonesia Bercerita lebih fokus untuk masuk di kelas PAUS, karena di usia sekolah dasar inilah anak telah siap menerima pembelajaran dan stimulasi untuk membuat cerita dan bercerita di usia mereka di rasa paling tepat.

Yang khas dari Sanggar Alang-alang adalah ketika saling bersalaman satu sama lain. Tidak seperti cara bersalaman yang biasa kita lakukan, di Sanggar Alang-alang memiliki cara bersalaman khusus. Unik dan begitu akrab. Agaknya cara ini yang membuat orang-orang baru merasa diterima dan seketika merasa menjadi bagian dari Sanggar Alang-alang.

Seperti biasanya, kegiatan yang dilakukan Indonesia Bercerita adalah bercerita dan mengajak anak-anak jalanan untuk lebih mengenal dan mendalami dunia bercerita dan menulis. Tapi tidak seperti biasanya, saya tidak mempersiapkan apa-apa (selain karena materi dan media sudah tersedia), saya juga tidak melakukan visualisasi (bukan juga karena ini buka event besar atau apa). Tapi entah mengapa perasaan saya begitu excited, senang dan bersemangat sekali. Sampai saya tidak bisa membayangkan apa-apa. Saya hanya berbekal perasaan senang, riang, bersemangat, dan begitu gembira. Mungkin lebih tepatnya karena ini adalah rindu yang terpendam cukup lama :’). *peluuuk untuk mereka semuaaa…..

21.10
20 Mei 2011
@maya_myworld

Persiapan yang Matang menunjang Penampilan yang Mantab!


Saat itu saya dan Kak @rudicahyo di daulat oleh Indonesia Bercerita untuk bercerita di acara Surabaya Walk for Autism (SWAF). Kegiatan itu kurang lebih bertujuan untuk mensosialisasikan tentang autis, bagaimana mengenali ciri anak autis dan bagaimana menanganinya. Karena belakangan ini tak jarang anak autis seringkali hilang di keramaian, seperti saat berjalan-jalan di mall. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini masyarakat umum akan tanggap dan mampu memberikan respon yang tepat saat menghadapi anak autis.

Saat itu kegiatan di laksanakan di Grand City Surabaya. Dihadiri oleh beberapa sekolah, beberapa komunitas gerakan social selain Indonesia Bercerita, ada juga Fiksimini. Yah, selama bergabung di Indonesia Bercerita, baru kali ini saya akan bercerita di depan umum dan dilihat oleh banyak pasang mata. Karena biasanya kegiatan bercerita untuk kepentingan podcast, dan dilakukan di dapur rekaman. Praktis ini adalah pengalaman yang menantang bagi saya. Hmm..banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan, karena pastinya saya pun ingin tampil maksimal dan bisa memberikan yang terbaik. Berikut adalah persiapan-persiapan yang saya lakukan….

1. Cerita yang Menarik

Dalam bercerita ada dua hal yang paling penting, pertama, Pencerita dan kedua, cerita itu sendiri. Saya pun mulai membuat cerita yang sesuai. Saya memilih cerita metafora dan jenis cerita fabel, dimana hewan sebagai penokohannya. Dengan model cerita yang seperti ini saya rasa akan dapat menarik perhatian anak dan yang terpenting pesan yang disampaikan dalam cerita tersebut juga bisa diterima oleh anak. Akhirnya saya membuat cerita tentang “Chika yang Istimewa”. Dari namanya pasti sudah ketebak kalau Chika adalah binatang ayam. Bagaimana suara ayaaam???? …….

2. Media Bercerita

Mengingat waktu yang cukup singkat, yaitu 10 menit. Kamipun memutar otak bagaimana caranya diwaktu yang singkat ini bisa memberikan penampilan terbaik dan mampu memikat dan menarik perhatian penonton. Sempat terpikir beberapa media yang akan digunakan, misalnya menggunakan boneka tangan tapi boneka tangan sudah biasa digunakan dalam bercerita, nanti penontonnya bosan lagi. Lalu berpikir untuk duet bercerita, cerita dibawakan oleh dua orang pencerita, hmm lalu terpatahkan dengan pikiran bahwa jika penceritanya ada dua maka akan menimbulkan distorsi dan kebingungan bagi penontonnya. Ingin bercerita sambil menggambar, tapi nggak bisa nggambar hehehe. Setelah eksplorasi ide beberapa lama, akhirnya muncul ide untuk bercerita dengan menggunakan gambar. Jadi nantinya akan ada beberapa gambar yang tersedia yang mewakili cerita yang dibawakan. Ini berfungsi untuk mengikat perhatian mereka untuk tetap memperhatikan Pencerita (secara anak-anaknya banyak banget gitu lhoh). Untung saja saya memiliki suami yang pandai menggambar. Yah, akhirnya kita berkolaborasi. Suamiku yang gambar dan aku yang mewarnai. Akhirnya persiapan media bercerita pun terselesaikan. (terimakasih suamikuuuu…;-*)




 3. Si Pencerita

Karena dengan metode duet bercerita tidak efektif, setelah rembugan akhirnya diputuskan saya lah yang akan bercerita. Kak @rudicahyo berperan sebagai pengantar cerita dan yang memfasilitasi jika ada audience yang bertanya atau merespon. Huufff…lumayan deg degan siy, tapi saya mikirnya ini adalah tantangan. Pasti akan jadi pengalaman yang seru banget.  Dan benar! J. Nah, inilah persiapan diri yang saya lakukan….


          a. Menguasai Konten Cerita

                 Agar dapat bercerita dengan lancar dan nggak nge-blank mendadak, maka sangat penting untuk menguasai isi dari cerita tersebut. Tidak harus hafal seluruh teks dalam ceritanya. Yang penting paham alur ceritanya dan pesan yang ingin disampaikan. Jika ini sudah di kuasai maka saat perform bisa lebih leluasa dan bebas melakukan improvisasi cerita.

          b. Memahami teknik Bercerita

                Cerita akan terasa hambar jika disajikan dengan ala kadarnya. Agar cerita lebih nyata dan hidup maka perlu ada tambahan ornament, seperti nada suara yang disesuaikan dengan karakter tokoh dalam cerita, intonasi suara, ekspresi wajah yang juga menggambarkan suasana, gerak tubuh atau gesture yang sesuai. Untuk itu, malam sebelumnya saya berlatih di depan cermin dan tak lupa meminta suami tercinta @astu_MD sebagai penilainya hehehehe. Sesekali saya juga selipkan pertanyaan-pertanyaan di tengah-tengah cerita untuk memancing keterlibatan penonton, sehingga lebih interaktif.

          c. Menciptakan suasana hati

                    Penting mempersiapkan suasana hati ketika akan bercerita. Pastikan sebelum bercerita suasana hati dalam keadaan senang dan riang. Jika ini dilakukan maka kitapun akan mudah membawa suasana di panggung menjadi meriah dan menyenangkan. Jika sebaliknya, maka penontonpun akan dapat merasakan apa yang sedang kita rasakan, karena perasaan kita akan memancar dan menular. Biasanya saya membayangkan hal-hal yang membuat saya senang. Karena bercerita adalah salah satu kegiatan yang saya sukai, maka itu pun sangat mudah dilakukan J. Saya sarankan agar anda melakukan sesuatu yang anda senangi, maka hasilnya akan dahsyat! Percaya deh!

          d. Visualisasi

                   Ini selalu saya lakukan sebelum akan tampil dimana saja, entah saat bercerita, menjadi pembicara, moderator, fasilitator ataupun saat menjadi MC. Karena ini adalah salah satu yang memegang kunci penting dalam keberhasilan aktifitas yang saya lakukan. Sebelumnya, saya selalu membayangkan terlebih dahulu kegiatan yang akan saya lakukan itu seperti apa. Saya bayangkan dengan sangat detil, sesuai dengan gambaran yang saya inginkan. Bahwa suasana akan meriah, menyenangkan, heboh, pesertanya banyak, semuanya merasa senang dan terhibur, pakaian yang saya kenakan mulai dari kerudung hingga sepatu, bagaimana saya tampil dengan percaya diri dan berenergi  dan yang pasti menikmati setiap proses dalam kegiatan tersebut. Saya membayangkan semuanya dengan detil, benar-benar detil. Dan tak disadari ketika membayangkannya menjalar perasaan senang, optimis, dan bahagia diseluruh tubuh. Tak sadar senyum pun tersungging ketika membayangkan itu semua. And believe it or not, kegiatan yang saya lakukan berjalan persis seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya. Hiiii…merinding deh. Nggak percaya?! Coba buktikan!

11.05 WIB
20 Mei 2011
@maya_myworld
www.jemarimayamenari.blogspot.com

Rabu, 18 Mei 2011

Tips Sukses Mengajar

Mengajar itu menyenangkan

Selain beraktifitas bersama Indonesia Bercerita sebagai Pencerita dan juga Chief Operational Officer (COO), saya juga aktif berkegiatan mengajar dan juga mengelola Kelab Penulis Cilik (KPC). Di KPC biasanya saya mengajar di kelas KPC Forum, dimana jumlah siswa sekitar 20-25 anak dalam satu kelas, tujuannya hanya sebagai refreshment program untuk membangkitkan dan menstimulasi minat menulis anak. Program KPC satu lagi adalah, KPC Prioritas, khusus diperuntukkan bagi anak yang berniat akan membuat sebuah buku. Sifatnya intensive dan satu kelas hanya berisi 1-5 orang anak. Bisa dikatakan ini adalah kelas privat.

Walaupun saya belum pernah membuat buku (dan sedang proses membuat buku), saya dipercaya untuk mendampingi anak-anak di kelas KPC Prioritas. Kebetulan saat itu hanya 1 anak. Woww hal ini adalah pengalaman baru. Dulu saya pernah menjadi guru privat, tapi sudah lamaaa sekali, waktu masih kuliah. Namun saya sangat bersyukur, karena melalui ini saya semakin banyak belajar lagi dalam menghadapi, berinteraksi dan belajar bersama anak-anak. Berikut adalah pelajaran-pelajaran baru yang saya petik selama proses mengajar.

1. Kenali Minat dan Hobi Anak

Pertemuan KPC Prioritas ini dilakukan selama 1 minggu sekali. Minggu-minggu pertama cenderung tidak ada masalah, namun tidak demikian saat menginjak minggu ke-4. Tiba-tiba saya mendapat sms (short message service) dari Ibu murid saya, bahwa si anak mendadak motivasinya menurun dan ingin libur dulu selama 1 bulan. Woww praktis saya terkejut, hmm…ada apa yah?!. Saya mengetahui bahwa hobi anak tersebut adalah membaca novel anak, maka melalui Ibunya saya meminta nanti di pertemuan berikutnya untuk membawa novel anak yang ia suka. Tak lama si anak meng sms saya, dan bertanya novel mana yang harus di bawa, rupanya dia memiliki banyak sekali novel. Hmm…dari situ perbindangan kita di sms semakin akrab

2. Ikuti Gaya Bahasa Anak

Saya tahu betul bahwa si anak senang sekali berbahasa Inggris, maka di sms tersebut selalu saya selipkan dengan bahasa Inggris. Lalu si anak juga menyelipkannya dengan sapaan bahasa Jepang, saya pun mengikuti sedikit-sedikit dengan bahasa Jepang (setelah bertanya pada suami hehehehe). Dan benar saja, tanpa di sangka perbincangan kami semakin panjang dan hangat. Ia senang sekali karena saya juga bisa bahasa Jepang. Sampai akhirnya ia mengatakan bahwa ia merasa kesulitan mengerjakan pe er yang saya berikan. “Oohhh…ternyata ini yang membuat dia mendadak ingin libur selama 1 bulan”, pikir saya. “Oke, nggak papa kok kalau belum bisa. Kita kerjakan sama-sama saja pe er nya”, jawab saya dalam sms nya. Tak di duga, dia pun akhirnya menetapkan hari untuk segera bisa belajar kembali. Yaah, dengan mengikuti gaya bahasa anak akhirnya kita bisa menggali dan membuat anak menjadi terbuka tentang apa yang sebenarnya sedang dialaminya.

3. Reward untuk Bangkitkan Motivasi
Saat pertemuan berikutnya, saya sengaja telah menyediakan beberapa hadiah untuk si anak. Di awal pembelajaran saya memberinya sebuah hadiah. Terlihat di raut wajahnya, ia sangat senang dan menyukai hadiah yang saya berikan. Saya pun berjanji akan memberikan semua hadiah yang saya bawa jika ia berhasil menyelesaikan sesuai target belajar di pertemuan itu. Dan sepanjang proses belajar si anak terlihat jauh lebih semangat dan aktif. Dengan memberinya hadiah, anak akan merasa dihargai dan termotivasi untuk mencapai sesuatu yang konkret yaitu hadiah

4. Pahami tipikal anak

Hal ini bisa kita ketahui dengan mencari tau melalui orang tua atau saat berbincang-bincang santai dengan si anak. Akhirnya saya mengetahui bahwa si anak tergolong anak yang tertutup (introvert), dan ia akan merasa nyaman jika belajar dalam suasana yang sepi dan tenang. Akhirnya setiap sesi pertemuan pun sengaja mencari tempat yang sepi dan membuat anak merasa nyaman, dan yang pasti hanya ada saya dan dia. Karena jika ada pihak ke tiga maka si anak cenderung ‘ogah-ogahan’ dan kurang konsentrasi. Begitu juga sebaliknya, jika si anak tergolong anak yang terbuka (ekstrovert), maka belajar di tengah-tengah suasana yang dinamis pun tidak masalah

5. Nikmati Prosesnya

  Pastikan perasaan dalam keadaan senang dan riang saat akan mendampingi anak belajar. Sebelum mengajar biasanya saya membayangkan hal-hal yang menyenangkan terlebih dahulu. Dan saat bercermin di depan kaca, saya melakukan senam wajah dengan mengucapkan huruf vocal A, I, U, E, O. Kemudian, sambil berkcermin saya mengucapkan sesuatu ‘mantra’ yang mampu membangkitkan perasaan positif. Bisa apa saja. Lalu saya niatkan apa yang saya lakukan ini sebagai ibadah dan bisa bermanfaat. Tidak hanya itu, selama perjalanan pun saya tetap berusaha membawa perasaan tetap senang dan riang, biasanya dengan menyenandungkan lagu sambil memvisualisasikan bagaimana proses belajar yang nanti akan berlangsung. Percayalah! Apa yang saya lakukan sangat ampuh. Silahkan di coba!


Selasa, 08 Maret 2011

Bagaimana memilih permainan yang cerdas bagi anak?


Untuk ketiga kalinya kak Maya diundang oleh Metro TV Jatim. Kali ini mengangkat tema “Mainan Edukasi untuk Tumbuh Kembang Anak”. Bersama owner Win Toys Pak Winata dan dipandu Amanda Manuputy. Perbincangan berlangsung dengan seru. Berikut laporannya.

6 tahun pertama di usia anak merupakan masa-masa emas (golden age). Di masa ini seorang anak tumbuh dan berkembang dengan fantastis. Mulai dari aspek kognitif atau cara berfikir (mengenal bentuk, warna, wajah, bereaksi terhadap stimulus), dari segi motorik kasar dan motorik kasar, aspek kesadaran diri, aspek social emosional dan jua aspek bahasa. Semuanya dapat berkembang dengan pesat dan maksimal apabila lingkungannya memberikan stimulasi yang tepat. Di saat inilah para orangtua sebaiknya memberikan pendidikan dan stimulus yang tepat. Karena kesemuanya akan sangat berpengaruh pada kehidupan anak setelahnya. Salah satu stimulus yang paling tepat adalah dengan bermain. Karena dunia anak adalah dunia bermain. Melalui bermain seorang anak dapat melatih kecepatan gerak mata, mengenal warna dan bentuk, mengenal konsep tinggi dan rendah.  Melalui bermain seorang anak juga dapat melatih kemandirian dan kesabaran, dan banyak hal lainnya yang bisa dieksplorasi melalui bermain.  Akan tetapi permainan seperti apa siy yang tepat untuk anak? Permainan yang tidak hanya menawarkan kesenangan tetapi juga mendidik dan mampu mengoptimalkan bagi tumbuh kembang anak?

Win Toys adalah salah satu produsen mainan edukasi untuk anak yang berbahan dasar dari kayu. Sudah mulai berdiri sejak tahun 1988 untuk pasar ekspor dan mulai bermain di pasar dalam negeri sejak 2004. Jenis mainannya beragam dan warna-warni mulai dari puzzle, magic maze, building blocks, replika jam dinding yang kesemuanya disesuaikan dengan umur anak mulai dari 2 tahun keatas. Mengapa kayu? Pak Winata menerangkan bahwa kayu adalah bahan yang aman dan tahan lama.
Untuk membuat design mainan Pak Winata membentuk suatu tim riset. Beranggotakan 3 orang ahli. Yang bertugas mencari inovasi-inovasi baru yang bisa diterapkan dalam desain. Untuk membuat 1 jenis permainan kadang diperlukan waktu 3 bulan loh! Untuk mainan juga ada standar keselamatan yang mengacu pada standar internasional khusunya di Eropa. Misalkan saja knop pada puzzle tidak boleh lepas karena dikhawatirkan akan tertelan oleh anak. Kemudian ukuran puzzlenya tidak boleh kurang dari 3,5 cm karena bila diameternya terlalu kecil akan mudah masuk kedalam trachea (tenggorokan). Setiap detil dari aspek alat permainan sangat diperhatikan bagi keselamatan dan kenyamanan anak.

Kak Maya sebagai praktisi pendidikan berkali-kali menekankan peran orang tua dalam mendampingi anak terutama saat bermain. Jadi anak tidak sekedar dilepas begitu saja. Tapi diberi arahan misalkan saat anak gagal menyusun puzzle. Orang tua terus memberi semangat. “ Ayo! Nak coba lagi.. pasti bisa” Hindari kata-kata yang berdampak negative bagi anak, kemudian memarahi anak  seperti  kata-kata “ Masak gini aja ga bisa!”. Keadaan sekarang memang memprihatinkan banyak orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga kurang meluangkan waktu untuk mendampingi anak baik secara kuantitas maupun kualitas. Sehingga anak tidak terfilter dalam mendapatkan informasi yang tentu saja akan berperngaruh pada tumbuh kembangnya.

Orang tua harus lebih cerdas, jeli dan bersabar mulai dari proses pemilihan mainan sampai pendampingan. Ada beberapa anak yang pada awalnya reject dan lebih tertarik pada tv misalnya. Mengapa demikian? Karena anak merasa tv lebih menarik. Maka dari itu, tugas orang tualah untuk  pandai-pandai dalam mengatasinya, mungkin sebelumnya dimulai dengan bercerita terlebih dahulu. Pengantar sebelum bermain yang membuatnya semakin tertantang. Amati kesenangan dan minat anak. Saat anak mengalami kesulitan tetap dampingi akan tetapi jangan terlalu banyak ikut campur. Kesulitan akan merangsang anak berfikir kreatif dan melatih gerak motoriknya. Anak akan belajar untuk memecahkan masalah. Orang tua cukup memberi support yang positif dan terus menyemangatinya.

Ada juga permainan rumah-rumahan lengkap dengan interiornya lho, dimana didalamnya ada semacam boneka kayu ukuran kecil, ada tempat tidur mini, dapur mini, tivi mini, semuanya tersaji dalam ukuran mini. Disitu seorang anak dapat bermain peran, melatih kognitif, emosi social, kesadaran diri, bahasa dan gerak motorik. Akan juga akan terlibat aktif. Yang perlu diperhatikan bagi para orang tua adalah jangan terburu-buru melarang anak laki-laki bermain rumah-rumahan, biasanya karena diferensiasi gender. “Jangan nak itu kan mainannya perempuan!” karena bila dilarang maka selanjutnya ia akan menjauh dari hal-hal yang berbau perempuan. Padahal kan itu juga proses sehingga ia mengerti, “ooo.. begini ya peran wanita itu”, memahami juga perasaan wanita itu seperti apa yang secara tidak langsung akan membuatnya mehamai bagaimana peran seorang pria baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

Bagaimanapun, pada dasarnya semua permainan adalah baik bagi anak, karena dalam bermain tugas-tugas perkembangan anak bisa terpenuhi. Tentunya harus tetap berada dalam bimbingan dan pantauan orang tua, agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat. Walaupun saat ini banyak sekali tersedia alat permainan edukatif maupun permainan yang modern, namun tetap saja anak juga perlu diberikan kesempatan untuk bermain dengan teman sebayanya dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal ini akan sangat berperan untuk mengembangan aspek sosioemaosional, bahasa dan juga kesadaran diri pada anak.

Di akhir sesi Pak Winata berpesan pilihlah mainan yang tepat untuk tumbuh kembang anak. Dan Kak Maya juga berpesan agar orang tua bisa lebih jeli dan cerdas untuk memilih mainan, yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga mendidik. Orang tua tidak selalu harus memenuhi permainan yang diinginkan oleh anak, tetapi pilihlah permainan yang dibutuhkan oleh anak, yang sesuai dengan tahapan usia anak. Dunia anak adalah dunia bermain. Dari bermain sesungguhnya ia belajar mengeksplorasi dan menjelajahi dunianya. Karena anak adalah investasi masa depan.



Surabaya, 9 Maret 2011

Studio Metro TV on Dialog Titik Tengah – Metro TV Jatim edisi 8 Maret 2011 (09.30-10.00 WIB)
Narasumber 1                 : Bapak Winata (owner Win-Toys)
Narasumber 2               : Nindia Nurmayasari, SPsi. (Praktisi pendidikan)
Moderator                      : Amanda Manuputy

[writing] Astu Anindya Jati www.genioinspira.blogspot.com
[editing] Nindia Nurmayasari www.jemarimayamenari.blogspot.com

Jumat, 25 Februari 2011

Mengintip Dapur Rekaman @IDcerita

The dubber of @IDcerita

Sekarang ini bercerita sangat jarang sekali dijadikan media pembelajaran untuk mendidik anak. Padahal dampak dan manfaat bercerita sangat luar biasa sekali bagi pertumbuhan dan pembentukkan karakter anak. Mengingat dampak bercerita yang begitu dashyat bagi pembetukkan karakter anak, Indonesia Bercerita tergerak untuk kembali melestarikan budaya bercerita. Dengan misinya “mendidik melalui cerita”, Indonesia Bercerita (@IDcerita) yang digawangi oleh @bukik, @rudicahyo, @dwikrid, @imammtq, @zulsdesign dan @maya_myworld itu berupaya untuk memberikan kontribusi positif bagi pendidikan anak Indonesia melalui cerita. Mengapa cerita? Karena cerita itu bersifat interaktif, mengajak untuk atraktif (berbeda dengan televisi yang membuat anak pasif), dapat memicu dan memelihara imajinasi anak yang pada nantinya akan membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan dan menemukan solusi yang kreatif. Setiap anak pada dasarnya sangat suka dengan cerita dan pandai bercerita, tergantung bagaimana orang dewasa maupun lingkungannya memberikan kesempatan dan peluang bagi anak untuk mengembangkannya. Melalui cerita, sebenarnya kita juga bisa mengajarkan banyak hal baik tanpa anak merasa di gurui. Anak pun bisa larut dan  menemukan hikmah sendiri dari sebuah cerita. Oh ya dan satu lagi, bahwa dengan bercerita adalah salah satu media pendidikan yang murah meriah bahkan tanpa biaya dan juga bisa dilakukan oleh siapa saja.

Sebagai bentuk komitmennya untuk turut mendidik dan membentuk karakter anak melalui cerita, @IDcerita secara rutin, yaitu tepatnya sebulan sekali akan meluncurkan cerita anak yang dikemas dalam bentuk podcast (mp3) yang nantinya bisa diunduh secara gratis di internet dengan mengunjungi www.indonesiabercerita.org. Podcast yang pertama berjudul “Kakekku Idolaku” telah lebih dulu di luncurkan dan juga telah diperdengarkan untuk teman-teman kita korban Merapi di Jogja. Selain cerita “Kakekku Idolaku” yang naskahnya ditulis oleh @maya_myworld, @IDcerita telah banyak sekali memiliki podcast cerita-cerita anak yang dibuat oleh para kontributor @IDcerita. Yah, siapa saja boleh dan bisa membuat cerita dan mengirimkannya pada @IDcerita yang nantinya juga akan di up load di website @IDcerita. Nah, sekarang ini @IDcerita akan meluncurkan lagi niy podcast keduanya, judulnya “Janji Beri”. Ceritanya tidak kalah seru dan sarat akan pesan-pesan baik yang patut di dengar oleh seluruh anak-anak Indonesia.

Di @IDcerita ada tim tersendiri yang khusus memproduksi cerita anak dan mengolahnya hingga menjadi podcast (mp3), yaitu Sanggar Cerita. Orang-orang yang ada didalamnya bertugas  membuat cerita hingga melakukan rekaman, yaitu @maya_myworld, @rudicahyo, @cilioks, Dimas, Johan, Ditta, dan Rani. Mereka semua memiliki keunikan dan suara yang khas dalam memerankan tokoh dalam sebuah cerita. Seperti yang dilakukan kali ini, tim Sanggar Cerita sedang melakukan sesi rekaman yang dilakukan di daerah pusat kota Surabaya.

Pada cerita kali ini yang bertugas untuk mengisi suara adalah @maya_myworld sebagai Takita, @rudicahyo sebagai Ayah Beri, @cilioks sebagai Rona sekaligus sebagai Ibu Beri dan Dimas sebagai Beri. Seperti biasa kami berempat berkumpul di studi rekaman yang sudah disepakati. Setelah melakukan sesi reading, melakukan penghayatan tokoh dan menentukan suara yang tepat untuk diperankan akhirnya sesi rekaman pun dimulai. Satu persatu dari kami pun mulai vocal taping, dibantu oleh sound director dari studio yaitu Mas Uche. Waaahh…ternyata selain sebagai sound director, Mas Uche ini juga sangat piawai dalam mengarahkan dan memberikan masukan yang berarti agar suara kami lebih pas terdengar. Sambil mengamati layar monitor komputernya, kadang ia mengkritik nada suara kita yang tidak sesuai dengan skrip, kesalahan ejaan, intonasi suara dan nada suara yang tidak konsisten pun ia sudah tahu. Benar-benar peka dan berpengalaman.

Mulanya di awali oleh @maya_myworld untuk vocal taping sebagai Takita. Yah, awalnya tidak butuh waktu yang lama untuk melakukan pemanasan, mencocokkan dengan emosi dalam skrip hingga pengaturan suara yang sesuai. Berikutnya dilanjutkan oleh Dimas yang berperan sebagai Beri. Siapa yang mengira bahwa suara Beri si Beruang yang kecil, terkesan imut dan menggemaskan itu ternyata suaranya diisi oleh seseorang yang bertubuh subur dan besar. Hehehe…lucu yah..sangat kontras sekali. Saat Dimas mengisi suara, kami semua mendengarkan dengan seksama, sesekali @maya_myworld juga turut mengarahkan dan memberikan masukan pada Dimas. Sedangkan @rudicahyo sesekali menyambinya sambil meng update status di twitter tentang kegiatan @IDcerita. Sesekali mendengarkan, @cilioks juga asyik berlatih suara. Setelah Dimas, sekarang giliran @cilioks mulai  bersiap-siap ambil posisi untuk mengisi suara Rona, sahabat Beri. @cilioks yang merupakan pengisi suara di teater boneka ini tidak mengalami kendala yang berarti, ia pun cukup piawai dalam mengolah suaranya yang sesuai dengan perannya. Selain berperan sebagai Rona, @cilioks ini juga mengisi suara Ibu Beri. Yah, yang ini adalah ide dadakan karena pengisi suara Ibu Beri yang sebenarnya mendadak tidak bisa hadir. Dan yang terakhir adalah @rudicahyo yang mengisi suara Ayah Beri. Awalnya cukup butuh waktu untuk menentukan suara yang pas sebagai Ayah Beri. Melihat tingkah polah @rudicahyo sangat menggelikan sekali, terkadang suaranya terkesan medok (logat Jawa Timuran), nada suaranya yang terlalu berat hingga akhirnya ia berhasil juga menemukan suara yang pas untuk perannya.  Selama proses rekaman banyak sekali kejadian-kejadian lucu yang terjadi, sehingga ledakan tawa pun tak terhindarkan di ruangan yang hanya berukuran 4x4 meter itu, untung saja ruangannya kedap suara sehingga tidak sampai mengganggu yang lainnya. Dan akhirnya semua pun berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti.

Cerita yang dibuat sendiri oleh @maya_myworld itu mengisahkan tentang Beri si Beruang yang ceria, pandai, namun selalu enggan jika diminta membantu Ibunya untuk menyiapkan keperluan belajarnya sendiri, merapikan tempat tidur, meletakkan barang-barang pribadinya pada tempatnya, dan sebagainya. Si Beri ini selalu bergantung pada Ibunya, ia ingin semua yang mempersiapkan keperluannya adalah Ibunya. Hingga suatu ketika saat ia bermain kerumah sahabatnya, Rona. Ia melihat kebiasaan Rona yang bertolak belakang dengannya. Begitu rapi dan mandiri. Lalu, secara mendadak Ibu Beri terpaksa harus pergi beberapa hari ke rumah Bibi Sula yang sedang sakit. Ketika itu Beri sangat rindu dan merasa sepi karena ditinggalkan oleh Ibunya. Sangking sedihnya Beri meluapkan isi hatinya dengan menuliskan surat untuk Ibu. Dalam surat itu Beri menjanjikan sesuatu. Nah, bagaimana isi surat tersebut dan janji apa yang diucapkan oleh Beri? Simak yah kelanjutan ceritanya di www.indonesiabercerita.org dengan judul “Janji Beri”.



25 Februari 2011 22.05
By Nindia Nurmayasari


Layout and Photography : 
Astu Anindya Jati





Selasa, 22 Februari 2011

Serunya belajar di Kelab Penulis Cilik

Seperti yang kita ketahui, tuntutan anak-anak jaman sekarang luar biasa ketat. Tak heran jika mereka sedari kecil, bahkan saat duduk di Taman Kanak-kanak telah mengikuti berbagai macam les. Mulai dari les untuk meningkatkan kecerdasan akademik dan juga les-les untuk mengasah ketrampilan lainnya. Mungkin karena banyak yang mulai memahami bahwa usia anak adalah masa-masa eksplorasi. Jadi semuanya ingin dikembangkan. Seperti salah satu orang tua wali murid saat itu, yang secara diam-diam mengamati kegemaran anaknya yang senang menggambar dan membuat cerita. Namanya juga anak-anak, selesai menggambar atau membuat cerita tidak terus simpan namun dibiarkan berserakan dan akhirnya di buang. Sang Ibu yang mulai peka dengan hobi anaknya ini, sedikit demi sedikit mengumpulkan hasil karya si anak dan kemudian meminta Bunda Sofie Beatrix, seorang penulis buku dan editor Gramedia, untuk membimbingnya membuat sebuah cerita. Awalnya hanya bermula dari satu anak ini. Karena bakat dan minat si anak memang menggambar dan menulis maka tidak mudah untuk mengasah dan membimbingnya, hingga akhirnya menghasilkan sebuah, dua buah buku. Tanpa disangka banyak sekali orang tua-orang tua dari Ibu si anak ini juga memiliki kesamaan akan hobi dan minat anak-anak mereka namun bingung bagaimana mengarahkannya dan  belum ada yang memfasilitasinya. Nah, dari banyaknya permintaan inilah akhirnya Bunda Sofie Beatrix mendirikan sebuah komunitas yang diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki bakat dan minat dalam menulis. Inilah awal dari terbentuknya Kelab Penulis Cilik (KPC), yang berdiri sekitar 2 tahun yang lalu dari ketidaksengajaan yang akhirnya sekarang menjadi salah satu sarana pendidikan informal yang cukup banyak diminati dan belum ada di Surabaya.

Mulanya kelas KPC ini di adakan di dua kota, Surabaya dan Sidoarjo, hal ini untuk menyiasati banyaknya member-member KPC yang tersebar di kedua kota tersebut. Sampai sekarang member dari KPC sudah mencapai kurang lebih 130 anak. Sebelumnya kelas KPC diadakan di beberapa tempat yang berbeda, terkadang di kelas, terkadang di Kebun Binatang, Kebun Bibit Surabaya, Museum Mpu Tan Tular, Monumen Kapal Selam, dll disesuaikan dengan materi yang akan diberikan. Namun, beberapa bulan belakangan ini KPC secara menetap diadakan di Perpustakaan Umum Kota Surabaya yang terletak di Jl. Rungkut. Mengingat tempatnya yang sangat kondusif dan juga nyaman untuk belajar. Pertemuannya pun hanya di lakukan selama 1 bulan sekali pada minggu ke tiga, hal ini untuk menghindari adanya kejenuhan dari anak-anak yang sudah memiliki banyak tugas dan tanggung jawab di sekolahnya. Jadi KPC semacam refreshing program bagi mereka. Tapi bagi anak-anak yang memang minat sekali dengan menulis dan ingin segera menerbitkan sebuah buku, bisa mengikuti kelas Privat KPC, yang pertemuannya dilakukan lebih intens dan tujuannya jelas, yaitu menghasilkan sebuah buku.

Seperti hari ini, Kelas Kelab Penulis Cilik kembali diadakan di Perpustakaan Umum kota Surabaya. Ditemani oleh Kak Maya, selaku pengajar dari KPC, para penulis cilik belajar bagaimana membuat sebuah cerita. Biasanya kelas KPC dimulai pukul 09.00 sampai 12.00. Yah, mereka terlihat sangat antusias dan senang sekali. Pertemuan yang hanya sebulan sekali praktis membuat penulis cilik saling kangen antar teman dan pengajar mereka. Setiap minggunya dalam kelas KPC telah di siapkan materi yang di sesuaikan dengan kurikulum yang telah disusun oleh para pengajar. Secara garis besar, kurikulum tersebut diberi nama GUNUNG ALUR. Mengapa disebut Gunung Alur? Karena dalam sebuah cerita memang harus ada alur cerita ya agar ceritanya menarik dan tetap nyambung dari awal hingga akhir cerita. Tahapan dalam alur cerita tersebut di analogikan sebagai Gunung yang bermula dari bawah kemudian menanjak ke atas, menuju puncak kemudian turun lagi ke bawah. Maka itu disebutnya Gunung Alur. Tahapan-tahapan dalam Gunung Alur adalah Awal Cerita, Permasalahan, Perjuangan/Klimaks, Penyelesaian dan akhir cerita.


Pada pertemuan kelas KPC hari Minggu ini membahas mengenai “AWAL CERITA”. Bagaimana membuat sebuah awal cerita yang baik dan apa saja yang harus dijabarkan pada awal cerita, semuanya di kupas pada pertemuan hari ini. Saat kelas KPC akan dimulai selalu di awali dengan membaca doa dan mengumandangkan yel-yel KPC. “ Aku adalah Penulis Cilik Hebat! Yes..Yes!!”, seluruh penulis cilik serempak mengucapkan yel-yel tersebut dengan semangat dan gaya tubuh yang telah mereka hafal. Seperti biasa, setiap sesi pembelajaran selalu diawali dengan permainan dan perkenalan, hal ini perlu dilakukan untuk membawa anak-anak pada perasaan senang dan antusias. Apabila anak sudah antusias dan bersemangat ketika memulai pelajaran, maka pelajaran akan mudah diterima dan diserap oleh anak dengan baik. Penulis Cilik yang hadir hari ini berjumlah 25 anak. Pada sesi permainan, mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Kemudian oleh Kak Maya, yang merupakan pengajar KPC, masing-masing kelompok diminta untuk berbaris lurus. Kemudian diminta untuk berbaris dari depan ke belakang sesuai dengan abjad namanya, sesuai urutan bulan kelahiran dan tinggi badan, karena berkompetisi maka para penulis cilikk semuanya berlomba untuk segera menyelesaikannya. Hiruk pihuk, suara gaduh, dan kehebohan dalam ruangan pun tak bisa terhindarkan. Mereka begitu bersemangat, berteriak-teriak, berlari kesana-kesini, tertawa tawa melihat kelucuan teman-temannya. Selain itu, mereka juga melakukan permainan ‘bisik-bisik bikin asyik’, caranya adalah para penulis cilik diminta untuk berbaris dan Kak Maya akan memberikan sebuah kalimat pada orang yang berada di barisan paling belakang, kemudian secara estafet anak tersebut akan membisikkan kalimat tersebut pada anak yang ada di depannya, dan seterusnya. 


Setelah itu masuklah ke materi inti pada pertemuan kali ini. Seperti pada pertemuan sebelumnya, para penulis cilik akan mendapat semacam handout. Karena pesertanya adalah anak-anak maka handoutnya pun juga di sesuaikan, didalam handoutnya banyak terdapat gambar-gambar dan ruang-ruang kosong dimana mereka bisa menuliskan sendiri materi yang diterima dari pengajar. Di pembahasan tentang “AWAL CERITA” ini Kak Maya menjelaskan bahwa di awal sebuah cerita biasanya akan di jabarkan mengenai pengenalan tokohnya, bagaimana ciri-ciri fisiknya, sifat, kegemaran tokoh, dan segala informasi tentang tokoh itu sendiri. Kemudian selain tokoh, pada awal cerita juga di jelaskan mengenai waktu dan tempat terjadinya peristiwa. Saat menggambarkan tokoh dalam tulisan ini, mulanya Kak Maya meminta penulis cilik untuk membayangkan terlebih dahulu siapa tokoh yang akan ada dalam ceritanya, di bayangkan secara detil dan spesifik. Kemudian untuk membantu memvisualisasikannya, hari ini KPC mendatangkan seorang illustrator yang handal, yang menterjemahkan gambaran tokoh yang ada dalam pikiran penulis cilik dalam sebuah gambar yang nyata. Waaahh, semua penulis cilik terlihat bersemangat sekali. Walaupun penulis cilik bekisar antara kelas 1 SD hingga 1 SMP, mereka semua tampak mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias dan penuh keceriaan.


Selain itu, Kak Maya juga mengenalnya beberapa jenis cerita, yaitu cerita fiksi dan non fiksi. Cerita fiksi adalah cerita yang tidak nyata, khayalan atau hanya karangan belaka. Contohnya seperti cerita-cerita dongeng. Lalu cerita nonfiksi adalah cerita yang berdasarkan pada cerita nyata, atau yang bersifat ilmiah. Contohnya seperti cerita dalam novel-novel yang diangkat dari kisah nyata, seperti Laskar Pelangi, biografi, buku-buku pelajaran, dan lainnya. Lalu, penokohan dalam sebuah cerita bisa berupa manusia maupun hewan. Setelah itu kemudian para penulis cilik diminta untuk membuat sebuah awal cerita dengan tokoh manusia. Waahhh, mereka langsung bersiap dan tau apa saja yang akan dituliskannya. Ruangan yang terletak di lantai 2 perputakaan kota itu langsung senyap. Penulis cilik langsung asyik dan tenggelam dalam cerita mereka yang dituliskan di dalam handout. Lucu sekali melihat tingkah polah mereka ketika serius menuliskan ceritanya. Ada yang selonjoran, ada yang tengkurap, ada yang menulis sambil bibirnya komat kamit, ada yang bersandar di deretan buku-buku perpustakaan, ada yang matanya melihat menerawang ke atas untuk menangkap ide yang ada di kepala mereka. Dan tiba-tiba ada yang menangis, karena kakinya ketelusupan benda kecil dari karpet yang mereka duduki. Setelah mendapat penanganan akhirnya anak itu pun berhenti menangis dan langsung melanjutnya menulis sambil meringis. 


Ditengah-tengah pembelajaran berlangsung, saat penulis cilik lainnya sedang asyik mengarang cerita masing-masing, datanglah seorang anak, wajahnya bulat dipertegas dengan rambutnya yang berpotongan pendek, mengingatkan pada tokoh kartun anak-anak yang selalu membawa peta dalam setiap petualangannya, Dora. Ia datang bersama Ibu dan adiknya yang masih batita. Ibunya mengatakan bahwa ia murid baru dan ingin belajar menulis, tapi masih terkesan malu-malu. Ya, benar saja, anak kecil itu yang sedang duduk kelas 1 SD bernama Devina memang terlihat masih lekat dengan Ibu nya, sebentar-sebentar menatap ke arah Ibunya sambil meringis memamerkan gigi susunya yang ompong. Walaupun demikian terlihat sekali keinginannya untuk belajar menulis. Lalu Kak Maya bertanya, “ Mau bikin cerita apa sayang? Yuk kita tulis “, “ahhh..nggak bisa..nggak bisa”, sahut Devina dengan malu sembari melihat ke arah Ibunya. Hmm..tak banyak kata, langsung saja kak Maya menyodorkan kertas dan alat tulis pada gadis kecil itu. Kak Maya meminta Devina untuk menggambar apa saja sesuai keinginannya. Tak lama kemudian, pada kertas putih yang semula kosong itu telah terdapat gambar dua buah lengkung setengah lingkaran, dan ditengah lengkung tersebut diberi lengkung yang lebih kecil. Lekung kecil itu diberi dua titik dan garis-garis yang menyebar di luar lengkung kecil itu. Yah, ia sedang menggambar gunung yang ditengahnya terdapat matahari kecil dengan rambut yang jambrik. Setelah itu, Devina ditanya oleh Kak Maya. ‘Siapa yang pergi ke Gunung?’, ‘Namanya Gunung apa?’, ‘Apa saja yang dilihat di Gunung?’, ‘Sama siapa perginya?’ dan lain-lain, hingga akhirnya tanpa di sadari ia berhasil menceritakan sebuah cerita pada Kak Maya. Dan Kak Maya lalu memintanya untuk menuliskan apa yang barusan diceritakannya. Walaupun baru kelas 1 SD, Devina sudah lancar menulis. Ia pun senang sekali akhirnya ia bisa membuat sebuah cerita, dengan bangga ia menunjukkan hasil karyannya pada Ibunya. Ia tersenyum manis, sekali lagi sambil memperlihatkan giginya yang ompong. Ya, begitulah trik yang digunakan Kak Maya untuk merangsang anak agar mau bercerita, dan beberapa kali dilakukan teknik dengan menggambar terlebih dahulu itu selalu saja berhasil membuat anak membuat cerita. 


Di pertemuan Kelab Penulis Cilik kali ini, tidak hanya menghadirkan Kak Karina sebagai illustrator yang mahir tetapi Kelas KPC juga kedatangan tamu dari Tim Indonesia Bercerita. Ada Kak Rudi, Kak Dwi, Kak Zul dan Kak Imam. Yah, tim Indonesia Bercerita datang di kelas KPC untuk menyapa para penulis cilik dan mengajak penulis cilik untuk menulis cerita dan bercerita. Nantinya cerita yang dituliskan oleh penulis cilik akan direkam dan akan di up load di internet, sehingga semua orang bisa mengunduh secara gratis dan bisa mendengarkan cerita dari penuis cilik. Penulis cilik juga diperdengarkan tentang podcast (mp3) cerita anak yang diproduksi oleh Indonesia Bercerita. Wah, penulis cilik terlihat sangat senang dan bersemangat sekali. Semua penulis cilik mengangkat tangannya ketika di tanya oleh Kak Maya, siapa yang ingin tulisannya bisa di dengar oleh seluruh anak Indonesia. Mereka terlihat bersemangat dan antusias sekali. Setelah Kak Rudi memberikan pengantar sebagai perwakilan dari Indonesia Bercerita, kemudian penulis cilik diminta untuk membuat sebuah cerita dengan tema “Kupu-kupu”. Yah, bukan hal sulit bagi para penulis cilik untuk membuat sebuah cerita secara spontan dan saat itu juga, karena mereka semua telah terlatih. Tanpa dikomando penulis cilik pun langsung mengambil posisi yang nyaman dan tak lama jemari mereka pun sudah menari-nari di atas kertas. Selang sekitar 20 menit kemudian, satu persatu dari penulis cilik mulai mengumpulkan hasil ceritanya. Kak Maya dan Tim Indonesia bercerita, yaitu Kak Rudi dan Kak Dwi merasa sedikit kesulitan memilih 6 cerita yang terbaik. Hampir semua cerita yang di buat bagus-bagus, menarik, orisinil, dan idenya luar biasa. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami berhasil juga memilih 6 cerita terbaik, yaitu 3 buah cerita adalah hasil karya penulis cilik kelas 1-4 SD dan 3 buah cerita yang lain adalah hasil karya penulis cilik kelas 5 SD – 1 SMP. Pengumuman pun di sampaikan, dan bagi yang ceritanya terpilih diberikan reward sebagai apresiasi dan pemacu semangat bagi yang lain agar tetap semangat dalam membuat cerita yang baik.


Setelah 6 cerita penulis cilik diumumkan, semua peserta penulis cilik, pengajar dan Tim dari Indonesia Bercerita berfoto bersama dan kelas KPC pun ditutup dengan salam oleh Kak Maya. Kemudian 6 penulis cilik terpilih tersebut mengikuti sedikit pengarahan oleh Kak Rudi tentang proses rekaman yang akan segera dilakukan. Penulis cilik mendengarkan dengan seksama dan atas saran Kak Rudi, mereka membaca terlebih dahulu tulisan mereka, berlatih menceritakan kembali dengan intonasi dan artikulasi yang jelas. Mereka langsung mengambil posisi masing-masing dan mulai komat-kamit membaca tulisan yang dibuatkan. Ada yang memperbesar suaranya, ada yang bisik-bisik, ada juga yang menambahkan tulisan di sana sini agar lebih sempurna ketika di baca. Setelah proses reading selesai, satu persatu Tim Indonesia bercerita mulai merekam suara mereka. Ini adalah pengalamn pertama bagi penulis cilik, membuat cerita dan menceritakan cerita mereka dengan media perekam suara. 


Setiap mengajar dan belajar di kelab Penulis Cilik sangat berkesan sekali, semakin lama murid KPC semakin banyak, senang sekali mengetahui bahwa semakin banyak anak-anak yang senang dan berminat untuk menulis. Pembelajaran pun selalu berlangsung dengan menyenangkan, yang membuat tidak sabar untuk segera bertemu di bulan berikutnya. Dan yang terpenting, penulis cilik selalu mengawali pembelajaran dan mengakhirinya dengan perasaan antusias dan selalu terlihat ceria.




Oleh : Nindia Nurmayasari
Surabaya, 21 Februari 2011
10.25 WIB
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...